Hari Ketika Aku Mengerti Kenapa ASUS Jadi Standar Baru Laptop AI
Ada satu hal yang tidak aku duga ketika menghadiri ASUS Blogger Gathering, bahwa sebuah laptop bisa mengubah cara pandangku tentang AI.
Aku datang dengan rasa ingin tahu, ingin melihat teknologi terbaru, mencoba demonya, dan memastikan apakah hype AI itu benar-benar nyata. Tapi setelah mencoba satu per satu fiturnya, aku mulai sadar, AI di laptop ini bukan sekadar alat bantu. Ia terasa seperti partner kreatif yang mengerti ritme dan kebiasaan kerjaku.
Disana aku melihat langsung bagaimana ASUS menempatkan AI bukan sebagai fitur tambahan, tapi sebagai fondasi utama dalam laptop generasi terbarunya. Bukan cuma cepat, bukan cuma efisien, tapi benar-benar terasa relevan dengan proses kreatifku: dari membuat konsep visual, mengolah referensi, sampai mencari variasi ide ketika otak lagi macet.
Yang paling bikin terkesan, semua proses AI-nya berjalan langsung di dalam laptop lewat NPU khusus. Hasilnya? Responsnya lebih cepat, lebih aman, dan terasa seperti teknologi yang memang siap dipakai sekarang, bukan sekadar wacana masa depan.
Aku mulai berpikir, “Kalau alatnya sudah sepintar ini, seberapa jauh ya aku bisa berkembang nanti?”
Aku Mulai Mengerti Apa Itu ‘AI Laptop’ yang Sebenarnya
Di sinilah bagian paling menyenangkan dimulai, momen ketika aku memegang langsung laptopnya dan mencoba satu per satu fitur AI yang ditawarkan ASUS. Dari yang paling visual sampai yang paling teknis, semuanya bikin aku tenggelam dalam prosesnya.
Fitur pertama yang kucoba adalah Cocreator. Sebagai desain grafis, aku sering kejebak di tahap awal: cari referensi, bikin konsep kasar atau memastikan ide yang muncul itu “nyambung” secara visual. Tapi begitu aku memasukkan prompt sederhana dan menambahkan sedikit goresan tangan, hasil visualnya muncul seketika. Cepat banget, sampai rasanya laptop ini ngerti arah pikiranku.
Tidak ada delay, tidak ada spinner loading yang menyebalkan. Semua prosesnya terjadi cepat karena laptop ASUS ini punya NPU khusus “otak kecil” yang mengerjakan tugas AI langsung di perangkat.
Semakin lama aku mencoba, semakin kerasa kalau AI ini bukan cuma “fitur tambahan”. Ia lebih seperti asisten kreatif yang diam-diam membenahi hal-hal kecil, merapikan konsep, membantu mengembangkan ide, mempercepat proses, sampai membereskan bagian yang biasanya paling makan energi.
Dari sini aku mulai ngerti maksud ASUS, AI di laptop ini bukan sekadar pajangan teknologi, tapi benar-benar dibuat untuk mendukung orang-orang seperti aku yang hidup dari kreativitas, ide dan konsistensi kerja.
Kenalan dengan Tombol AI Khusus ASUS
Di keyboard laptop ASUS, ada satu tombol yang langsung menarik perhatianku "tombol AI khusus". Sekilas terlihat seperti tombol biasa, tapi ternyata ini shortcut menuju Copilot dan fitur AI lainnya.
Waktu pertama kali mencobanya di ASUS Blogger Gathering, aku iseng menekannya dan langsung muncul jendela AI yang siap membantu. Rasanya praktis banget nggak perlu buka aplikasi atau klik sana-sini. Cukup satu sentuhan dan asisten AI langsung aktif.
Tombol kecil ini membuat proses kerja terasa lebih cepat. Mau cari ide, minta rangkuman, atau bikin konsep visual? Cukup sekali tekan. ASUS memang sengaja menempatkan tombol ini di seri Copilot+ PC supaya penggunanya bisa memanggil AI sepraktis memanggil shortcut keyboard lainnya. Sederhana, tapi manfaatnya kerasa banget.
Ragam AI yang Bisa Kamu Temukan di Laptop ASUS
Setelah mencoba tombol AI dan melihat bagaimana ASUS menempatkan AI langsung di dalam perangkat, aku mulai penasaran:
“Sebenarnya ada berapa banyak sih fitur AI yang bisa kupakai langsung tanpa ribet?”
Aku mulai mencoba fitur-fitur AI yang ada di laptop ASUS. Untuk merasakan apakah fitur ini benar-benar berguna dalam aktivitas sehari-hari. Dan yang menarik, fitur-fitur ini terasa menyatu dalam alur kerja, nggak ribet, nggak bertele-tele. Tinggal buka, pakai, selesai.
1. MuseTree : Mesin Ide di Dalam Laptop
MuseTree itu seperti mesin ide di dalam laptop, bukan cuma bikin gambar, tapi bantu ngembangin konsep dari sketsa kasar sampai jadi visual yang matang.
Misalnya Idea Map, cukup mengetik kata kunci, lalu muncul bola-bola inspirasi yang bisa digeser-geser sesuka hati. Setiap bola itu bisa digabung atau dipadukan dan dari situ ide-ide baru tumbuh seperti ranting yang makin melebar.
Lalu ada Idea Canvas, tempat kita bisa bikin coretan sederhana. MuseTree bakal menerjemahkan coretan itu ke gambar yang sesuai gaya dan deskripsi yang kita mau. Ringan, tapi terasa seperti ada asisten yang ngerti bahasa visual kita.
Masih banyak lagi keunggulan dari AI ini dan karena prosesnya tidak keluar perangkat, privasinya aman, dan kecepatannya terasa banget. Rasanya seperti sedang brainstorming dengan partner kreatif ya.
2. StoryCube : Organizer Pintar untuk Foto & Video
Bayangkan ratusan foto dan video dari ponsel atau kamera menumpuk tanpa arah. Nah StoryCube mampu menyatukannya dalam satu “ruang cerita” digital yang rapi. Aplikasi ini bukan sekadar penyimpan file, melainkan asisten pintar yang otomatis mengenali wajah, adegan, dan momen, tentu saja semuanya menggunakan kecerdasan buatan.
Dari cara kerjanya, StoryCube terasa seperti asisten pengorganisir yang bantu kreator supaya tidak habis waktu hanya ngurus file. Aku sendiri ngebayangin ini bakal berguna banget buat yang sering berkarya pakai foto dan video.
3. Omni Virtual Assistant : “Chatbot offline” yang cerdas
Fitur ini menarik karena mirip chatbot, tapi semuanya jalan lokal di laptop. Itu artinya Omni bisa dipanggil bahkan saat tidak terhubung dengan jaringan internet. Tinggal buka, masukkan file, dan asisten ini akan mulai bekerja: merangkum dokumen panjang, memetakan poin penting dari catatan, atau menjawab pertanyaan berdasarkan isi file yang diberikan. Semuanya terasa cepat, karena ia memanfaatkan tenaga dari NPU, prosesor khusus untuk AI yang tertanam di perangkat.
Fungsinya mirip teman kerja yang diam-diam paham konteks, tidak ribut, tidak heboh, tapi langsung memberikan jawaban yang relevan. Dan karena banyak tugasnya diproses lokal tentu saja privasi terasa lebih terjaga.
4. Cocreator di Paint : Dari Kata & Goresan Jadi Gambar
Ini fitur pertama yang langsung bikin aku senyum waktu nyobain. Aku cuma bikin coretan kasar yang beneran cuma bentuk dasar dan dalam hitungan detik, Cocreator mengubahnya jadi gambar AI yang rapi dan estetik. Sebagai desain grafis, ini kerasa banget manfaatnya dalam membuat mockup cepat, konsep visual awal, atau sekadar nyari eksplorasi bentuk tanpa harus membuka software berat atau menunggu loading panjang. Cukup berikan ide, sedikit sketsa, dan Cocreator bekerja seperti partner kreatif yang sabar lalu memberi opsi visual, variasi, dan versi baru setiap kali diminta.
Fitur ini bukan sekadar alat gambar AI, ia lebih seperti mesin penerjemah antara konsep yang abstrak dengan visual yang bisa dipakai. Cocreator memberi ruang untuk bereksperimen, mencoba ulang, mengulang lagi, hingga menemukan bentuk yang terasa paling pas.
5. Copilot : Asisten AI Serba Bisa
Setiap kali jendela Copilot muncul, rasanya seperti memanggil tangan kanan digital, yang tidak lelah, tidak bingung, dan tidak keberatan dimintai tolong berkali-kali. Ia bukan sekadar AI di layar, tapi ritme kecil yang membuat pekerjaan terasa lebih lancar, lebih ringan, dan lebih tertata.
6. AI Kamera & Mikrofon : Bikin Semua Panggilan Video Jadi Lebih Rapi
AI Kamera & Mikrofon di laptop ASUS bekerja seperti kru kecil yang selalu siaga setiap kali panggilan video dimulai. Begitu kamera diaktifkan, efeknya langsung terasa. Latar belakang yang tadinya penuh benda dan warna, mendadak tampak lebih lembut, wajah tetap fokus meski ada orang yang lewat di belakang dan sudut pandang kamera otomatis mengikuti setiap perubahan posisi tanpa membuat bingung lawan bicara. Tidak ada jeda, tidak ada pengaturan rumit, rasanya seperti ada operator kamera profesional yang diam-diam mengatur komposisi dari belakang layar.
Hal yang sama terjadi pada mikrofon. Ketika suara bising mulai masuk, entah motor yang lewat di depan rumah, kipas angin yang berdengung, atau percakapan dari ruangan sebelah, fitur noise canceling berbasis AI langsung bekerja. Bisingnya pelan-pelan hilang, digantikan oleh suara yang jernih dan stabil, seolah diambil dari ruangan tertutup yang khusus dibuat untuk rekaman audio.
Sekilas fitur ini terlihat sederhana dibandingkan teknologi AI lainnya, tetapi justru di sinilah letak kenyamanannya. Untuk seseorang yang sering melakukan panggilan kerja atau zoom meeting, AI Kamera & Mikrofon membuat segalanya terasa lebih profesional tanpa bantuan ring light, tanpa mikrofon eksternal, dan tanpa repot mengatur-atur setting. Tinggal duduk, buka laptop, dan semuanya sudah ditangani dengan rapi oleh AI di balik layar.
7. Live Captions : Bikin Teks Subtitle Sekali Klik
Awalnya aku nggak terlalu perhatian sama fitur AI Live Captions ini. Kupikir cuma subtitle otomatis biasa. Tapi ternyata dengan Live Captions, setiap kata langsung muncul di layar, jelas dan cepat. Rasanya seperti ada teman yang duduk di sebelahku sambil membisikkan, “Tenang, aku catatkan semuanya.”
Fitur ini juga kepakai waktu nonton video tanpa subtitle atau ikut webinar dari luar negeri. Teksnya muncul otomatis, bikin semuanya lebih gampang dipahami tanpa usaha ekstra. Live Captions memang sederhana. Tapi justru kesederhanaannya itu yang bikin hidup kerja jadi jauh lebih ringan.
Fitur ini diam-diam menyimpan jejak dari apa yang di lihat di layar, aplikasi yang sedang di buka, dokumen yang di baca atau gambar yang di lihat. Bukan untuk mengawasi, tapi untuk memudahkan ketika ingin menemukan semuanya kembali seolah laptop mengingat hidupmu.
9. Click to Do: Aksi Cepat Sekali Klik
Laptop yang Diam-Diam Menyimpan Tenaga AI
Semakin jauh mencoba fitur-fitur AI di laptop ASUS, semakin terasa ada sesuatu yang bekerja lembut di belakang layar. Ternyata rahasianya sederhana: laptop yang kupakai bukan laptop biasa. Dia bagian dari generasi baru ASUS Copilot+ PC, laptop yang memang dibuat untuk menjalankan fitur AI tanpa tersendat, tanpa bikin repot, dan tanpa drama di saat dikejar deadline.
Yang membuatku kaget, teknologi ini ternyata tidak hanya ada di laptop premium yang tampilannya “wah”. Di meja pameran, ada beberapa perangkat yang kelihatannya simpel dan ringan, tapi ternyata memiliki tenaga AI.
ASUS memang menyematkan NPU bertenaga tinggi di beberapa lini laptop terbarunya. Perangkat dengan kemampuan AI 45+ TOPS ini hadir di Vivobook 14, Vivobook S 14, dan Zenbook Series.
Dan dari semuanya, ada satu laptop yang langsung menarik perhatian sejak pertama kali kusentuh: Vivobook S 14 OLED.
Vivobook S 14 OLED, Ringkas, Nyaman, dan Siap Dipakai Seharian
Masih ingat saat pertama kali melihat Vivobook S 14 OLED di barisan laptop saat acara gathering. Ringan, terlihat sederhana, tapi ada sesuatu yang terasa “beda”. Di balik desain rampingnya, terpasang prosesor Snapdragon X Series, chip generasi baru dari Qualcomm yang memang dibuat khusus untuk laptop AI. Kombinasi yang membuat fitur-fitur AI berjalan secara lokal, bukan bergantung pada cloud, sehingga responnya terasa cepat.
Bobotnya sekitar 1,35 kg dengan ketebalan 1,59 cm. Tipis dan enteng untuk ukuran laptop kerja harian, tapi tetap terasa kokoh. Chassis dual-metal yang dipakai juga sudah mengantongi standar ketahanan MIL-STD-810H.
Layarnya 14 inci dengan panel OLED dengan warna yang nyaman dipakai untuk kerja desain, nonton, atau editing konten, nggak bikin mata cepat lelah.
Baterai 70 Wh-nya juga cukup besar. Bukan tipe laptop yang minta dicas tiap beberapa jam. Enak buat kerja mobile, meeting beruntun, atau ngerjain konten di luar rumah.
Di momen itu aku semakin mengerti kenapa ASUS begitu serius mendorong seri Copilot+ PC. Bukan semata ikut arus teknologi, tapi karena efeknya langsung terasa di cara kita bekerja. Proses kreatif jadi lebih cepat, multitasking nggak lagi bikin kepala penuh, tugas-tugas kecil terasa otomatis dan energi nggak habis hanya untuk menunggu laptop “siap” dulu.
Vivobook S14 OLED bukan sekadar menarik secara penampilan, ia dirancang agar proses kreatif berjalan mulus, tanpa ribet, dan tetap bisa diandalkan saat deadline menekan. Seperti teman kerja yang tahu kapan harus membantu, meski nggak diminta.
Di dunia kreatif yang serba cepat, kehadiran laptop seperti ini jadi semacam ruang napas
Pada akhirnya, yang dicari adalah rasa tenang ketika bekerja. Perasaan bahwa apa pun yang sedang dikerjakan, ada perangkat yang bisa diandalkan tanpa ribut dan tanpa drama. Vivobook S 14 OLED memberi itu. Dan untuk pekerjaan kreatif yang terus bergerak, rasa aman seperti ini sering kali jauh lebih berharga dibanding deretan fitur di atas kertas.
Dalam hati aku berharap, suatu hari nanti aku bukan cuma jadi tamu yang “numpang kagum” di acara gathering ASUS. Semoga laptop ini benar-benar bisa jadi teman kerja yang menemaniku dari pagi penuh deadline sampai malam ketika ide tiba-tiba muncul begitu saja.
Dan kalau waktunya tiba, aku bisa membayangkan betapa leganya bekerja dengan ritme yang lebih mulus, lebih tenang, dan jauh dari drama. Semua proses kreatif terasa lebih ringan, ditemani perangkat yang sejak awal diam-diam sudah mencuri perhatianku.









Posting Komentar untuk "Hari Ketika Aku Mengerti Kenapa ASUS Jadi Standar Baru Laptop AI"
Hai, terimakasih sudah mampir
Salam kenal ya